Sahabat, pernahkah
kalian menanyakan kepada diri kalian sendiri seperti apakah iman kita?.
Seberapa cintakah kita
kepada Allah?
Seberapa dekatkah kita
kepada Allah?
Sudahkah kita masuk islam
secara kaffah?
dan lain sebagainya
Di bulan ramadhan ini ,
lantunan ayat suci Al-qur'an terdengar dimana-mana, di jalan, di dalam bus, di
mall, di mini market, baik pagi siang ataupun malam (semoga tidak dianggap
polusi udara ya,,hehe). Seperti saat ini,
ketika saya sedang menunggu suami di kampus, seorang gadis tepat disamping saya
sedang membaca ayat cinta Nya dengan suara lirih.. Karena saat ini saya sedang
berhalangan maka saya hanya bisa mendengar sambil sesekali melirik hp yang
baterainya sudah bertanda seru, menunggu balasan sms suami.
Sang gadis terus
membaca, tak perduli berapa orang yang lalu lalang di hadapannya, dia tetap
fokus melanjutkan membaca ayat Nya dengan lirih, tak jelas surat apa yang dia
baca karena bacaannya begitu lirih, tak ingin mengganggu kegiatan yang lain
sepertinya.
Aaah benarlah memang
bulan ramadhan adalah bulan penuh berkah, setiap manusia merasakan berkahnya,
termasuk saya yang sedang tidak puasa, hanya mendengar bacaan lirih gadis ini
membuat hati sendu berbeda rasanya ketika dibaca pada bulan lain.
Entah mengapa tiba-tiba
saya teringat perkataan seorang sahabat terbaik saya kemarin pagi, “Menangislah
karena kita tidak dapat menangis, menangislah karena kita tidak dapat menangis
ketika ayat suci Al-qur’an diperdengarkan”. Jleebb kata-kata itu serasa seperti
palu thor yang memukul hati ini. Entah kapan terakhir kalinya saya menangis
saat membaca Al-qur’an, atau bahkan mungkin tidak pernah sama sekali?.
Astaghfirullah :(
Bulan ramadhan ini
adalah momentum yang tepat untuk meraih berkah ramadhan, karena itu hampir
setiap muslim di dunia berusaha meraihnya, salah satu caranya adalah dengan
membaca Al-qur’an. Banyak yang memasang target di bulan ramadhan ini dapat
khatam Al-qur’an lebih dari 1 kali, atau mungkin lebih dari 3x. tidak salah
memang, namun esensi dari Al-qur’an adalah bukan seberapa banyak ia dibaca
namun seberapa banyak kah kita menerapkannya dalam kehidupan kita sehari-hari?.
Bahkan sahabat sehebat
Umar bin Khatab yang bahkan syetanpun takut dengannya mentadaburi Surat
Al-Baqarah selama 10 tahun, lalu apalah kita?, sedangkan keimanan kita masih
turun naik, dan ibadah kita masih jauh dari kata sempurna.
Salah satu cara untuk
mengetahui keimanan kita adalah dengan menanyakan kepada diri sendiri, seberapa
dekatkah kita dengan Al-qur’an?, apakah kita selalu menangis ketika membaca
Al-qur’an?. Padahal Allah dengan terang menjelaskan dalam ayat cinta Nya
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman
itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka dan
apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka
karenanya dan hanya kepada Rabb mereka, mereka bertawakkal.” (QS. Al-Anfal: 2).
Bahkan seorang
rasulullah yang dijamin masuk surga pun menangis ketika diperdengarkan ayat
suci Al-qur’an.
“Suatu ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam berkata kepadaku, “Bacakanlah al-Qur’an kepadaku.” Maka kukatakan kepada
beliau, “Wahai Rasulullah, apakah saya bacakan al-Qur’an kepada anda sementara
al-Qur’an itu diturunkan kepada anda?”. Maka beliau menjawab, “Sesungguhnya aku
senang mendengarnya dibaca oleh selain diriku.” Maka akupun mulai membacakan kepadanya
surat an-Nisaa’. Sampai akhirnya ketika aku telah sampai ayat ini (yang
artinya), “Lalu bagaimanakah ketika Kami datangkan saksi bagi setiap umat dan
Kami jadikan engkau sebagai saksi atas mereka.” (QS. an-Nisaa’ : 40). Maka
beliau berkata, “Cukup, sampai di sini saja.” Lalu aku pun menoleh kepada
beliau dan ternyata kedua mata beliau mengalirkan air mata” (HR. Bukhari [4763]
dan Muslim [800]).
Patutlah dipertanyakan
keimanan seseorang bila membaca Al-qur’an matanya tak berlinangan air mata
Patutlah dipertanyakan
keimanan seseorang bila diperdengarkan nama Allah tak pernah bergetar hatinya
Patutlah dipertanyakan
keimanan seseorang bila diceritakan tentang azab neraka tak pernah memohon
ampun atas dosa yang diperbuat.
Sambil menangis Syeikh khaled al-rashid menyampaikan
dalam potongan ceramahnya tentang orang-orang yang takut kepada ALLAH
Haqqul Yakin
adalah keyakinan yang mutlak dan tidak akan tergoyahkan dari seseorang yang
merasa bahwa dirinya hanyalah bagian yang sangat kecil dari sesuatu yang
sangat-sangat besar dan diluar kemampuan logika berpikir manusia. Disini bukan
hanya mata yang bisa melihat tetapi ada keterlibatan hati yang sangat dominan
dalam keyakinan akan dzat Allah. Inilah Iman dengan sebenar-benarnya Iman.
Pada tingkatan
haqqul yakin ini, kita sebagai seorang hamba akan merasakan ikatan yang sangat
kuat dengan rabb Nya. Keinginan untuk berinteraksi dengan Allah sangat kuat,
menjadikan hati selalu terpaut pada Nya, dan selalu merasa takut untuk berbuat maksiat.
“Tidak akan masuk neraka seseorang
yang menangis karena merasa takut kepada Allah sampai susu [yang telah diperah]
bisa masuk kembali ke tempat keluarnya” (HR. Tirmidzi no. 1633).
Ada dua buah
mata yang tidak akan tersentuh api neraka; mata yang menangis karena merasa
takut kepada Allah, dan mata yang berjaga-jaga di malam hari karena menjaga
pertahanan kaum muslimin dalam [jihad] di jalan Allah” (HR. Tirmidzi [1639], disahihkan
Syaikh Al-Albani dalam Sahih Sunan At-Tirmidzi [1338]).
Maka menangislah,,,
Menangislah kawan karena
kita tidak dapat menangis saat membaca Al-qur’an
Maka menangislah,,,
Menangislah kawan karena
kita tidak dapat merasakan kenikmatan rasa cinta yang Allah suguhkan dalam
ayat-ayat Nya.
Maka menangislah
Menangislah kawan karena
dosa-dosa yang telah kita perbuat.
Maka Menangislah …
0 comments:
Post a Comment