Introvert vs Ekstrovert?


Sudah setahun lebih artikel atau tulisan mengenai introvert berseliweran di timeline saya. Mungkin ini tidak bisa disebut seperti pertarungan antara Full time mother vs working mom, Pro ASI dan Pro Sufor, pro vaksin vs anti vaksin atau mongkin otak kanan vs otak kiri yang masing-masing kubu saling beradu argumen tentang kehebatan pilihan yang mereka ambil, begitulah. Hampir setiap hari dalam timeline saya pasti ada seseorang yang me share artikel mengenai introvert dan kehebatannya tapi saya jaraaang sekali melihat artikel mengenai ekstrovert dan kelebihannya (mungkin karena sudah banyak yang tahu kelebihannya jadi tidak perlu di share ya,,hehe just my opinion).


Tidak salah memang karena nyatanya dalam kehidupan sehari-hari sering kali tanpa kita (ekstrovert) sadari telah membuat mereka (introvert) merasa tak nyaman sehingga mereka berusaha untuk menjelaskan seperti apa dirinya dan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dalam pertemanan. Karena introvert sulit untuk berkata-kata maka cara yang efektif adalah menulis dengan harapan para ekstrovert mengerti dan memahami apa yang diinginkan introvert. Adalah hal yang wajar jika tulisan yang di share memang sekedar menjelaskan apa itu introvert dan kelebihan serta kekurangan introvert dan cara kita menghadapa seorang introvert tapi entah mengapa semakin hari semakin banyak tulisan yang terus mendeskreditkan ekstrovert dan semakin membanggakan introvert hingga saya membaca sebuah tulisan yang terlihat -maaf- sombong.

Mungkin introvert menjadi minoritas bagi kalangan umum tapi menjadi mayoritas di kalangan manusia hebat dan berbakat

Sorry to say, ini adalah tulisan tersombong yang saya baca pada awal 2016 ini. Oiya sekedar ingin menjelaskan saya ini adalah seseorang yang terlahir secara alami sebagai seorang Thingking Introvert berdasarkan test STIFIN (pemidaian dengan menggunakan sidik jari) akan tetapi berdasarkan tes MBTI saya adalah seorang ENFJ (Ekstrovert Intuition Feeling Judging) dan setelah tes berdasarkan web yang berbasis di Inggris (saya lupa alamat web nya disitu diberikan pertanyaan sebanyak 40 soal dengan 6 pilihan jawaban) maka saya termasuk ambievert dengan persentase yang nyaris seimbang. Tulisan ini bukan untuk menjatuhkan mereka yang introvert karena saya sendiri secara alami adalah seorang introvert dan bukan untuk menjelaskan secara membabi buta mengenai kehebatan ekstrovert karena saya sendiri tidak sehebat ekstrovert, saya hanya setengah ekstrovert, hehe. Tulisan ini murni dibuat atas kegerahan saya yang tidak tahan dengan banyaknya artikel yang semakin menyudutkan ekstrovert - yang digambarkan tidak pengertian- oleh ekstrovert dan ditambah lagi banyaknya kata atau kalimat yang terkesan - ini sangat subyektif versi saya feel free for bully-  terlalu membanggakan diri. Pemicu lain mengapa saya menulis tulisan ini adalah curhatan seorang teman yang sepenuhnya ekstrovert ketika tiba-tiba dia menjadi pendiam setelah membaca artikel tentang kehebatan introvert yang membuat dia iri dan berusaha untuk menjadi seorang introvert. Wooww efeknya hebat sekali ya?. Saya merasa mungkin kaum introvert ingin membuat tatanan dunia baru dimana minoritas ingin menjadi mayoritas, hehe (efek dari nonton film Gundam Seed dan Alif Lam Mim) dan saya seperti Kira Yamato yang melawan bangsanya sendiri (Kira seorang koordinator yang melawan Koordinator dengan masuk menjadi tentara bumi walaupun pada akhirnya dia tidak dikedua pihak dan berada di tengah-tengah). Oke ini hanyalah khayalan saya yang mengada-ada, hehe.

Sebagai seorang setengah introvert setengah ekstrovert ada beberapa hal yang ingin saya sedikit klarifikasi tapi ingat tulisan ini tidak mewakili seluruh ekstrovert ini hanya pemikiran pribadi yang banyak kesalahan :).

1. Yang pertama saya mau bahas adalah, benarkah ekstrovert tidak peduli atau tidak mau mengerti introvert? Sama sekali TIDAK



Sebagai orang yang setengah ekstrovert, saya paham bahwa orang ekstrovert terkadang lebih mementingkan orang lain dibanding diri sendiri, apapun itu. Dia sangat memperhatikan apa yang orang lain pikirkan tentang dirinya dan cara dia menunjukkan kepeduliannya adalah dengan Aksi Nyata atau Bicara. Jadi sangatlah wajar bila seorang ekstrovert bertemu dengan introvert hal pertama yang mereka lakukan adalah berbicara karena bagi ekstrovert berbicara adalah bentuk kepeduliannya hal ini sangat bertolak belakang dengan introvert yang butuh suasana tenang. Bila seorang ekstrovert melihat lawan bicaranya hanya diam saja dia akan semakin terus berbicara, bukan, bukan hanya ingin menjadi pusat perhatian atau terlihat hebat, tapi dia ingin tahu apa yang dipikirkan lawan bicaranya -sang introvert- ini. Tapi begitulah semakin ekstrovert berbicara maka introvert semakin menutup diri karena dia merasa tidak nyaman. I know that because i was among them :). Dan ketahuilah wahai introvert, jika kamu berkata "maaf saya butuh sendiri" maka ekstrovert dengan senang hati memberikan apa yang kamu mau, tak perlu khawatir dia merasa marah karena ekstrovert bukanlah orang yang cepat marah dia mudah melupakan kesalahan orang lain bahkan terkadang ekstrovert lebih memikirkan orang lain dibandingkan diri sendiri, itulah mengapa ekstrovert memiliki banyak teman :). Mereka bukan tidak peduli atau tidak mau mengerti justru mereka sangat peduli hanya saja mereka perlu mendengar apa yang introvert inginkan. Dan introvert bila ingin dimengerti maka bicaralah apa yang diinginkan dan ekstrovert dengan senang hati akan langsung melakukan.



2. Ekstrovert itu berbicara sambil berpikir sedangkan introvert berpikir dulu baru bicara

Selama saya mengenal dan memperhatikan teman-teman ekstrovert dan introvert pernyataan ini bisa dikatakan sepenuhnya benar, tapi dari tulisan yang saya baca lagi-lagi menyudutkan ekstrovert yang terkesan buru-buru dalam bertindak dan tidak memakai otak (haduuh) tapi sesungguhnya orang ekstrovert itu cepat mengambil kesempatan dan dia bersegera dalam kebaikan. Sebagai contoh teman saya seorang yang sepenuhnya ekstrovert dan peka pada lingkungan dalam membantu teman atau dalam menyelesaikan masalah (tidak melulu tentang materi ya) tapi dalam berbagai hal dia cepat mengambil tindakan yang menurut dia benar tentu saja sambil mendengar beberapa masukan dan mempertimbangkan banyak hal, hasilnya? masalah cepat terselasaikan. Lain halnya ketika saya bertanya ke teman introvert dia memikirkan berbagai hal dan cukup lama dalam mengambil keputusan, hasilnya? masalah terselesaikan dengan baik hanya dengan waktu yang lama.
Begitulah, orang ekstrovert bukan tidak pernah berpikir, hanya saja mereka ingin segera menyelesaikan, ingin segera mengambil kesempatan, ingin segera melakukan karena bagi mereka hal yang tidak ternilai harganya adalah waktu. Sedangkan introvert, mereka sangat hati-hati dan berpikir banyak hal, rata-rata introvert adalah seorang yang perfeksionis sehingga tidak bisa menerima kesalahan sedikitpun, hasilnya memang jauh lebih baik dibanding ekstrovert hanya saja membutuhkan waktu yang lebih lama.


3. Ekstrovert tidak tegas, introvert berpendirian teguh

Ini adalah pernyataan yang saya katakan hampir 100% benar hanya saja saya ingin mengatakan bahwa tidak tegas bukan beratri plin-plan. Seringkali setiap mengambil keputusan apalagi menyangkut kepentingan orang lain dia akan berpikir apakah keputusan ini akan menyakiti orang lain atau tidak dan biasanya mereka tidak tegas ketika mengambil keputusan untuk dirinya sendiri sedangkan mengambil keputusan untuk membantu orang lain maka dia akan segera melakukan. Ingat kekuatan ekstrovert adalah berasal dari luar maka dia terkadang lebih mengutamakan orang lain dibanding dirinya sendiri ini bisa jadi kelebihan namun bila keseringan maka akan menjadi bumerang bagi ekstrovert. Lain halnya dengan introvert mereka sangat teguh ketika sudah mengambil keputusan dan tidak akan pernah berubah hingga kondisi yang mengatakan harus berubah. Dan inilah yang keren dari seorang introvert, dia bisa tegas ke diri sendiri dan orang lain. Namun, -lagi-lagi saya katakan ini adalah penilaian pribadi dan tidak bermaksud me generalisir- terkadang karena introvert sangat terfokus pada diri sendiri sehingga dia tidak peduli dengan perasaan orang lain.


Pada akhirnya siapapun kita, apakah kita berkepribadian introvert, ekstrovert atau ambievert semua memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi hebat dan juga semua memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi buruk. Karena di dalam Al-Qur'an tidak pernah dikatakan hanya orang introvert lah yang akan menjadi orang berbakat atau orang ekstrovert lah yang banyak disukai, Tidak ada. Yang ada adalah orang yang beriman dan bertakwalah yang akan menjadi hebat. Selamat bersaing secara sehat wahai introvert, ekstrovert dan jangan lupa ambievert :)















0 comments:

Post a Comment

RoSe DeSign. Powered by Blogger.