Hari ini saya diingatkan kembali tentang perjuangan dan
pengorbanan saudara-saudaraku di negeri para mujahid, Palestina. Awalnya sempat
meragu untuk datang, mata ini terlalu berat untuk terbuka, ‘Azam pun masih
betah untuk menyusu, dan yang paling membuat saya enggan untuk melangkah adalah
suami sedang tidak ada di rumah, berarti saya harus berangkat sendiri, dengan
membawa 2 tas, satu tas berisi laptop dan keperluan saya, dan tas lain berisi
keperluan ‘Azam, selain itu cuaca di luar sangat panas, sungguh tidak mendukung
dan makin membuat saya enggan untuk beranjak dan memilih berdiam diri di rumah
mengerjakan pekerjaan rumah tangga yang masih ada, lagipula nanti sore ada
agenda lain, kasihan ‘Azam terlalu lama di luar. Dan berbagai alasan-alasan
lain yang mengerucut pada satu kesimpulan, “tidak usah pergi”. Tapi sungguh
Allah sangat mencintai saya. Dia lah yang menggerakan hati dan mempermudah
langkah saya hingga tanpa disangka saya sudah sampai di Auditorium FPIK IPB
untuk bertemu dengan seorang Syeikh dari Palestina, Masya Allah.
Dan jika bukan karena cinta Nya lalu apa lagi yang dapat
membuat saya berkumpul dengan orang-orang pilihan disini? Di Majelis para
mujahid, sungguh beruntunglah saya. Walaupun telat tapi acara berlangsung belum
terlalu lama, hingga saya masih dapat mengikutimateri yang disampaikan tanpa
terlalu tertinggal jauh. ‘Azam pun sedang tertidur dalam pangkuan lengkaplah
sudah keberuntungan saya saat itu.
Selesai materi dan tanya jawab, tibalah saatnya pemutaran
video tentang kondisi palsetina saat ini. Video yang menggambarkan kekejaman
zionis Israel dan perjuangan rakyat Palestina untuk mempertahankan negeri
tercintanya. Mata ini tak kuasa menahan air mata melihat penderitaan
saudara-saudara kita disana, di negeri para mujahid. Dan air mata ini makin tak
terbendung ketika dalam video itu terekam gambar wajah mungil tak berdosa penuh
dengan darah di kepalanya, dan seorang gadis kecil berumur lima tahun menangis
meratapi adiknya yang telah meninggal akibat tembakan tentara zionis.
Sungguh beruntungnya saya masih dapat menikmati ibadah di
bulan Ramadhan ini dengan aman bersana keluarga-keluarga tercinta, sedangkan
mereka?, mereka tak sempat berpikir menu makanan apa yang akan disajikan ketika
sahur nanti, sama sekali tidak. Tapi mereka berpikir masih hidupkah mereka
hingga Ramadhan ini berakhir?, Astaghfirullah.
Tapi benarkah saya yang beruntung sedangkan mereka tidak?. Mungkin
secara pandangan manusia memang benar adanya, tapi di mata Allah jelas merekalah
yang jauh lebih mulia. Di saat saya sedang berusaha untuk bersegera ketika
dipanggil oleh Nya, mereka selalu menggemakann Asma Nya dalam setiap
langkahnya. Disaat saya sedang berusaha memperbaiki diri dengan menghilangkan
segala penyakit hadti, mereka telah siap mengorbankan nyawa demi tegaknya agama
islam. Disaat saya sedang berusaha menghapal satu surat, mereka telah hapal
seluruh Al-qur’an dan menerapkannya dalam setiap sendi kehidupannya.
Masih pantaskah saya dipanggil saudara seiman sedang amalku
sangat tak layak disandingkan dengan amal mereka?. Masih pantaskah saya
dipanggil saudara seiman sedang mengingat tentang mereka saja tak selalu
dirasa?. Masih pantaskah saya disebut saudara seiman sedang menyisipkan doa
saja jarang dilaku?.
Aah air mata, semoga ini sebagai pelecut untuk terus
meningkatkan iman dan amal agar kelak bisa bertemu dengan mereka, saudara-saudara
yang aku cintai. Aamiin.
0 comments:
Post a Comment