TENTANG DUA KATA

Bissmillahirahmanirahim


Sahabat,,,
Maukah kau mendengarkan kisah tentang dua kata?
Dengannya,,
Engkau akan dicintai oleh Allah dan RasulNya
Dengannya,,
Surga tak sabar menanti kehadiranmu
Dengannya,,,
Semua orang akan dekat denganmu

Tapi sahabat,,,
Ketahuilah dua kata ini sangat berarti
Apabila kau meninggalkannya,,,
Maka murka Allah dan RasulNya jadi imbalan
Apabila kau meninggalkannya,,,
Maka neraka akan melahapmu dengan panasnya
Apabila kau meninggalkannya,,
Maka seluruh dunia akan mengacuhkanmu,,

Sahabat,,
Tahukah engkau apakah dua kata itu?
Dua kata yang sederhana,,,
Namun luar biasa maknanya,,
Dua kata itu adalah terima kasih dan maaf..

 “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni’mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni’mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.(QS. 14:7)

 “Yang paling pandai bersyukur kepada Allah adalah orang yang paling pandai bersyukur kepada manusia.” (HR. Ath-Thabrani)

 “Dan Dialah yang menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Asy-syuura: 25). 

Barangsiapa bertaubat sebelum matahari terbit dari barat niscaya Allah menerima taubatnya.” (HR. Muslim).

Sejatinya kata “terimakasih” dan “maaf” adalah implementasi dari rasa syukur dan taubat.  Allah mencintai hambanya yang pandai bersyukur dan selalu bertaubat dan memegang teguh taubatnya. Hal ini tersirat dalam dialog antara Rasulullah dan iblis, beliau bertanya

Wahai iblis, katakanlah dari umatku siapakah yang termasuk dalam golongan musuh-musuhmu? Iblis menjawab : Ya Rasulullah musuhku dari kalangan umatmu ada 15 golongan mereka ialah:
1.      Nabi Muhammad saw.
2.      imam (pemimpin) yang adil.
3.      orang kaya yang rendah hati dan selalu bersyukur.
4.      pedagang yang jujur.
5.      orang alim yang sholatnya khusyu’
6.      orang beriman yang suka memberi nasihat.
7.      orang beriman yang pengasih.
8.      orang yang tobat dan tetap atas tobatnya.
9.      orang yang tidak mau mengerjakan yang haram.
10.  orang beriman yang senantiasa berwudhu.
11.  orang beriman yang banyak sedekah.
12.  orang beriman yang berkelakuan baik.
13.  orang beriman yang bermanfaat bagi orang banyak
14.  orang yang terus-menerus membaca Al-Qur’an dan menghafalkannya.
15. 
orang beriman yang mendirikan ibadat pada malam hari

Dalam hubungan dengan manusia pun (hablumminannas) dua kata ini sangat penting untuk menjaga tali silaturahim. Ketika kita mendapatkan sesuatu dari seseorang, otomatis kita akan mengucapkan terima kasih kan?begitu pula bila kita melakukan kesalahan secara otomatis kita akan meminta maaf kepada orang tersebut.

Memberi dan menerima tidak harus berupa barang, saling mendoakan dan saling menasehati adalah beberapa diantaranya. Karena itu menurut saya dua kata ini sangat penting digunakan terutama dalam hal saling menasehati. Kok lebih penting mengatakan dua kata ini pada saat menasehati dibandingkan saat mendoakan sie?. Biasanya ketika kita mendoakan seseorang pasti doa yang baik2 kan?. Otomatis orang yeng menerima doa akan dengan senang hati berterimakasih dan mengaminkan doa kita. Sebagai contoh :
“Masya Allah anaknya lucu yaaa, semoga jadi anak yang sholeh ya nak”.
Otomatis orang tua anak itu pasti akan menjawab “Aamiin, terima kasih ta Ammah,,,”.

Karena saling mendoakan adalah sesuatu yang menyenangkan maka tanpa disuruhpun kita akan berterima kasih. Lain halnya ketika kita menasehati atau dinasehati, karena jika seseorang menasehati kita atau mengingatkan kita berarti ada sesuatu yang salah dalam diri kita dan harus dibenarkan, right?. Kadang disana ada rasa ego yang muncul, ada rasa yang paliing benar dan ada rasa tidak mau kalah sehingga enggan mengatakan kata “terimakasih” dan “maaf”.

Mu’adz bin Jabal berkata :”Terimalah kebenaran dari setiap orang yang membawanya, meskipun orang tersebut kafir, atau pendosa. Dan berhati-hatilah terhadap penyimpangan orang yang berilmu”. (HR Abu Dawud)

Tulisan ini sebenarnya terinspirasi ketika saya mengingatkan seseorang sebulan yang lalu. Saya merasa sudah berusaha merangkai kata yang cantik (menurut saya) agar dia tidak merasa sakit hati dengan apa yang saya sampaikan, tak lupa saya selipkan kata maaf sebelumnya agar dia mengerti bahwa tidak ada niat sedikitpun untuk menyakitinya, saya hanya sekedar mengingatkan bahwa ada sesuatu yang harus dibenarkan dari dia dan tentu saja karena rasa sayang saya padanya. Niat insya Allah sudah baik, cara insya Allah sudah baik (saya kirim pesan langsung ke dia, bukan di depan umum agar tidak malu, dan berusaha memilih kata-kata yang baik).
Well ternyata niat baik dan cara yang baik pun tidak selamanya berbalas dengan yang manis, disanalah diuji keikhlasan dan ketulusan niat kita. Saya sangat kaget karena dia malah balik menyalahkan saya, karena sayalah dia seperti itu. Wooww rasanya hati ini panasa pake banget, sakit hati dan marah datang bersamaan. Jujur saja saat itu saya berniat sekali membalas perkataannya dengan tidak kalah pedasnya, but Allah still loving me, He protect me to did something wrong and what He hate :’). Tiba-tiba hp saya mati doong, jadi niat untuk membalas dendam tidak kesampaian, hehe. Alhamdulillah.

Dua hari setelahnya saya ikut kajian, dan ada satu kalimat yang disampaikan oleh ustadzah yang benar-benar membekas dalam ingatan saya.

Diterima atau tidaknya kata-kata kita dalam diri seseorang tergantung amal perbuatan kita.

Saat itu badan serasa lemas, dan maluuuu sekali, sungguh saya merasa menjadi orang sombong dan paling benar. Karena saat itu saya merasa dialah yang salah, sudah salah gak mau disalahin eehh malah nyalahin orang. Saya cap dia adalah orang yang keras kepala, saya anggap sayalah yang benar dan dia yang salah. Tapi kata-kata ustadzah itu benar-benar menampar saya. Mengingatkan saya betapa masih jauh dari sempurna amal ibadah saya sehingga untuk menasehati seseorang pun saya masih belum bisa. Subhanallah. L

Dunia terus berputar. Di suatu saat, sayalah yang mengingatkan. Dan disaat yang lain, sayalah yang diingatkan. Kejadian ini baru 3 hari yang lalu, saat itu saya me share sebuah video yang berisi kejadian dimana saat acara live, pengisi acara atau presenternya secara tiba-tiba jatuh. Dalam judul yang diberikan seakan-akan kejadian itu adalah kematian yang mendadak, merasa video itu bagus dan bermanfaat untuk mengingatkan teman tentang kematian maka tanpa ragu saya share ke halaman saya. Tidak berapa lama kemudian ada seorang teman yang memberikan sebuah link dan mengatakan bahwa video itu bukan tentang kematian seseorang, tapi hanya pingsan saja.

Jujur saja saat itu saya merasa sangat malu. Saya merasa diperlihatkan kebodohan saya dengan me share video tanpa kroscek kebenarannya terlebih dahulu. Apalagi saya diingatkan di ruang publik, otomatis banyak yang akan mengetahui “kecerobohan dan kebodohan” saya. Sempat saya berniat untuk men delete komen itu dan menganggap komen itu tidak pernah ada. Tapiiii hati kecil saya menolaknya, gimana kalau ternyata sudah banyak yang membaca komen tersebut, dan langsung merasa aneh kalau tiba-tiba komen tersebut hilang. Makin terlihat lah kebodohan saya. Kemudian muncul rasa tidak mau kalah dalam diri ini, sempat saya ingin mengatakan “gak apa-apa dong, yang penting niatnya benar”. Tapiiii saya kok makin merasa malu karena saya pernah menulis status bahwa niat yang baik harus dilakukan dengan cara yang baik, serasa menjilat ludah sendiri dooong.

Dengan waktu yang cukup lama, akhirnya saya memutuskan untuk mengirim pesan ke dia. Saya ucapkan terima kasih sudah mengingatkan. Selanjutnya saya hapus videonya. Well ternyata setelah mengucapkan terima kasih, hati ini jadi tenang dan lega. Dan pikiran-pikiran tidak baik pun tiba-tiba wuuusss menghilang dari hati ini. Ternyata mengucapkan terimakasih saat diingatkan sangatlaaah sulit yaaa. Karena rasa malu, ego dan tidak mau kalah muncul bersamaan. Tidak mau kan kita seperti orang yahudi yang keras kepala dan sulit menerima kebenaran.

Ayo kita berusaha berbesar hati ketika ada seseorang yang mengingatkan kita, dan janganlah merasa sombong dan paling benar ketika kita mengingatkan seseorang.

Tidak akan hilang kehormatan seseorang bila dia mengakui kesalahannya dan tidak akan berkurang kemuliaannya bila dia menerima kebaikan.



 Semoga bermanfaat,, :)

0 comments:

Post a Comment

RoSe DeSign. Powered by Blogger.